kali ini Jangkrik T-shirt akan membagikan ilmu tentang cara berpakaian pada zaman Rasulullah SAW, yuk kita simak bareng-bareng yuk;)
Pakaian adalah perangkat dan kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya dimuka bumi, makhluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan) tidak mengenal budaya berpakaian. Mereka telanjang tidak menjadi persoalan dimana tubuh mereka hanya dilapisi dengan kulit dan bulu yang tumbuh secara alami. Berbeda dengan manusia yang tidak hanya berpakaian tapi juga selalu melakukan perubahan dan mengikuti perkembangan dunia terhadap model dan jenis pakaian.
Pakaian pun mengalami begitu banyak perubahan bahkan juga distorsi fungsi. Dari faedah yang hanya untuk menutup badan atau tubuh dari sengatan matahari dan hembusan angin, sehingga berubaha menjadi status sosial terhadap manusia. Dari sekadar penutup aurat agar pemakaiannya terhindar dari marabahaya dan untuk tidak mengundang dan mencegah penglihatan terhadap bentuk dan macam tubuh manusia untuk menutup aurat agar tidak terlihat langsung atau tanpa pakaian.
Pakaian pun akhirnya tidak pernah lepas dari fungsinya sebagai simbol kebesaran seseorang, pakaian menjadi acuan terpenting bagi orang-orang yang senang menyombongkan dan membanggakan dirinya sendiri. Di zaman Nabi saw dilahirkan, pola berpakaian manusia telah menempatkan manusia ke dalam kotak-kotak sosial. Mereka mengatur orang-orang miskin untuk mengenakan jenis dan model pakaian yang tertentu. Sementara para pemuka kaum dan penguasa mengenakan pakaian yang mewah yang berbahan dari sultra dengan ujung bagian bawah menyeret-nyeret tanah saat berjalan kesana kemari.
Nabi Muhammad saw, lantas diutus kepada seluruh kaum untuk membenahi mentalitas mereka, salah satunya dengan mengoreksi pola berpakaian manusia. Bila tata cara berpakaian untuk wanita diatur secara rinci dalam al-Qur’an dan hadits Qouliyyah (lisan), adab berpakaian untuk laki-laki dicontohkan langsung dalam kehidupan sehari-hari oleh Baginda Rasul.
Dalam berpakaian Nabi Muhammad saw selalu menekankan pada aspek kesederhanaan, tapi sederhana yang tetap memberikan rasa nyaman bagi tubuh dan terlihat sopan bagi orang yang memandangnya. Rasulullah merupakan panutan paling sempurna untuk sebuah arti kesederhanaan berpakaian yang sangat jelas terlihat pada pakaian beliau sehari-hari.
Pakaian adalah kebutuhan hidup sekaligus cermin perilaku kita. Pakaian yang baik adalah pakaian yang diridhoi oleh Allah SWT. Berikut adalah pesan Rasulullah SAW dalam memilih pakaian yang baik:
1 .Pakaian yang dikenakan bersih, longgar (tidak ketat), tidak tembus pandang, dan menutupi aurat;
2. Tinggalkan pakaian yang mewah walaupun kita mampu membelinya. Utamakan sikap tawadhu (rendah hati);
3. Rasulullah SAW suka memakai gamis dan kain hibarah (pakaian bercorak yang terbuat dari bahan katun);
4. Untuk laki-laki, Rasulullah SAW melarang menggunakan pakaian berbahan sutera dan emas;
5. Jangan menggunakan pakaian yang terlalu panjang, apalagi hingga harus diseret (terkena lantai).
6. Untuk laki-laki, Rasulullah SAW melarang pakaian yang menutupi mata kaki untuk laki-laki karena kesombongan;
7. Untuk perempuan muslimah, panjangnya hingga menutupi telapak kaki, dan kerudungnya menutupi kepala, leher, dan dada;
8. Untuk lelaki tidak berpakaian seperti perempuan, demikian juga sebaliknya;
9. Tidak memakai pakaian yang bertambal atau yang lusuh, karena menurut Rasulullah, Allah senang melihat jejak nikmat Nya pada hamba-Nya;
Mengutamakan pakaian yang berwarna putih, karena Rasulullah juga menyukai warna itu.
Dalam tata cara berpakaian secara umum, ada beberapa hal yang dicontohkan Rasulullah SAW:
1. Berdo’alah ketika akan berpakaian. Salah satu contohnya adalah: “Alhamdulillahil ladzii kasaanii hadzat tauba warozaqqoniihi min ghoiri haulin minna walaa quwwah“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rizki daripada-Nya tanta daya dan kekuatan dari-ku”;
2. Berdo’alah ketika akan mengenakan pakaian baru. Doa yang dianjurkan adalah: “Allahumma laka al hamdu anta kasautani hi. As’aluka khairahu wa khaira ma suni’a lahu, wa a’u dzu bika min syarrihi wa syarri ma suni’a lahu“, yang artinya: “Ya Allah bagi Mu segala puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada Mu kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada Mu dari kejahatannya dan kejahatan akibatnya”;
3. Disunahkan memakai pakaian dari sebelah kanan terlebih dahulu;
4. Berpakaianlah dengan rapi dan indah disesuaikan dengan tempat, tanpa berlebihan dan tidak dipaksakan;
5. Disunahkan melepaskan pakaian dari sebelah kiri terlebih dahulu.
0 komentar:
Posting Komentar